SRIKANDI
https://wayangku.files.wordpress.com/2008/08/wy-dewi-srikandi.jpg?w=219&h=300
Srikandi (Dewanagari: शिकण्ढी; IAST: Śikhaṇḍī) adalah salah satu putri Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari Kerajaan Panchala yang muncul
dalam kisah wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Ia merupakan penitisan Putri Amba yang tewas
karena panah Bisma. Dalam kitab Mahabharata diceritakan bahwa ia lahir sebagai seorang
wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau
kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi pewayangan Jawa terjadi hal yang
hampir sama, namun dalam pewayangan Jawa dikisahkan bahwa ia menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang
sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata versi India.
Dewi
Wara Srikandi ialah putri Prabu Drupada di Cempalareja. Waktu remaja putri ia
berguru memanah pada Raden Arjuna. Kemudian ia diambil istri oleh Arjuna. Asal
mula Srikandi berguru memanah pada Arjuna. Waktu pengantin Arjuna dengan Dewi
Wara Sumbadra, Srikandi datang menonton, ia melihat tingkah laku kedua
pengantin itu, tertariklah Srikandi ingin menjadi pengantin.
Pada suatu hari Srikandi melihat Arjuna
memanah yang diajarkan pada Rarasati, gundik sang Arjuna, Srikandi lalu datang
berguru memanah pada Rarasati. Tetapi sebenarnya kehendak itu hanya untuk
lantaran saja, supaya dapat ketemu dengan Arjuna. Tingkah laku Srikandi yang demikian ini
menjadikan murka Dewi Drupadi, permaisuri Prabu Puntadewa, kakak perempuan
Srikandi dipandang bahwa tingkah laku Srikandi itu tak baik.
Dewi Wara Srikandi pernah dipinang oleh raja
Prabu Jungkungmardea di negeri Parangkubarja, hingga ramanda Dewi Wara Srikandi
Prabu Drupada tergiur menerima pinangan itu, tetapi Dewi Wara Srikandi lalu
mengadu pada Raden Arjuna, dibelalah Srikandi oleh Arjuna dan Jungkungmardea
dibunuh oleh Arjuna. Selanjutnya Srikandi diperisteri oleh Arjuna dengan adat
kebesaran secara perkawinan putera dan puteri.
Tabiat Srikandi sebagai tabiat laki-laki,
gemar pada peperangan, karena itu ia disebut puteri prajurit. Hingga masa
dewasa ini, wanita-wanita yang berani menentang sesuatu yang tak baik, terutama
yang mengenai bangsa Indonesia disebut Srikandi. Srikandi seorang puteri penjaga keamanan
negeri Madukara, ialah negeri Arjuna. Perkataan-perkataan Srikandi sedap
didengarnya Serta penuh dengan senyuman. Waktu ia marah tak tampak kemarahannya
itu, akan tetapi mendatangkan takut pada siapa juga.
Srikandi seorang puteri yang suka marah,
tetapi kemarahan itu lekas reda. Tanda bahwa ia sedang marah, merujaklah ia dan
dimakan sambil berkata-kata keras tak berkeputusan. Kalau sangat marah, ada
tanda memecah barang barang pecah belah, segala burung perkutut kepunyaan
Arjuna dilepas-lepaskan. Pada waktu Srikandi sedang marah ini, dapat
digambarkan pada kata-kata dalang, yang mudah mentertawakan para penonton.
Dalam perang Baratayudha Srikandi diangkat
jadi panglima perang melawan Bisma, panglima perang Kurawa, hingga Bisma tewas
olehnya,Srikandi seorang puteri perwira yang
senantiasa menjaga kehormatan suami, di masa aman dan di masa perang.
Ternyatalah bahwa Dewi Srikandi seorang puteri prajurit, tak hanya perang pada
kebiasaan perang, pun di medan perang Baratayudha berperang juga sebagai
prajurit perwira. Sehabis Baratayudha Srikandi tewas oleh Aswatama, anak Durna,
lehernya dipenggal waktu ia sedang tidur nyenyak.
Srikandi dalam pewayangan Jawa
Dalam pewayangan Jawa, dikisahkan bahwa Srikandi lahir
karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu Prabu Drupada dan Dewi
Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua
kakaknya, Dewi Dropadi dan Drestadyumna, dilahirkan melalui
puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu
menjelma menjadi Drestadyumna.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan
mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya
ketika ia berguru pada Arjuna, yang
kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh
seorang putra.
Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit wanita. Ia bertindak
sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan
segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi
tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi
Seta, kesatria Wirata yang
telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati
agung balatentara Korawa. Dengan panah
Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura,
yang dendam kepada Bisma. Dalam akhir
riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup
masuk ke keraton Hastinapura setelah
berakhirnya perang Bharatayuddha.
BENTUK WAYANG
Dewi Srikandi bermata jaitan, hidung mancung,
muka mendongak tanda babwa puteri ini bersuara dencing. Bersanggul gede
(besar). Berjamang dengan garuda membelakang. Sebagian rambut terurai bentuk
polos, berkalung bulan sabit. Kain dodot putren. Srikandi berwanda: Goleng dan
Patrem
sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Srikandi
https://wayangku.wordpress.com/2008/10/22/dewi-wara-srikandi/
Komentar
Posting Komentar